Kelemahan yang Memicu Kekuatan
Pernahkan kita menyadari bahwa satu-satunya modal hidup kita adalah kelemahan? Marilah kita memikirkan pertanyaan ini, untuk kemudian menjawabnya secara sadar dengan kata "ya".
Apakah ada diantara kita yang ketika terlahir sebagai manusia langsung bisa berlari, tertawa, berbicara? Tentu tidak, dan inilah kelemahan kedua setelah kita tak bisa hadir ke dunia ini tanpa perantara ibu melalui proses persalinan. Kita harus melewati prose yang panjang dan rumit hanya untuk bisa lolos dari rahim ibu, untuk kemudian, dengan jangka waktu tertentu, kita bisa berlari, tertawa dan berbicara.
Ini kelemahan yang keberapa? Entahlah. Yang jelas, kelemahan-kelemahan ini justru menjadi ilham bagi bagi terciptanya kekuatan dan ciri pendefinisi kta sebagai manusia. Bayangkan saja, hanya untuk mengurusi bayi, manusia punya rumah sakit bersalin, perlengkapan melahirkan, dokter spesialis anak, bidan, tempat penitipan anak, macam-macam jenis susu dan makanan untuk bayi, dll. Apakah ini juga dilakukan oleh hewan? Tidak bukan, justru manusialah yang mengurusinya dengan dokter hewan, rumah sakit hewan, kebun binatang, taman nasional, bahkan salon hewan. Lihatlah, bahkan di tengah kelemahannya, manusia masih sanggup mengurusi makhluk lain.
Mengapa demikian? Inilah pengaruh dari hormon kekhalifahan (kepemimpinan) yang Allah suntikkan ke dalam tubuh manusia, sehingga kelemahan itu dapat kita ubah menjadi kekuatan. Maka, ketika kita lemah secara teknis untuk bisa terbang seperti burung, kita dapat mengubahnya menjadi kekuatan untuk membikin pesawat terbang. Ketika kita merasa lemah secara teknis untuk bisa berenang seperti ikan, kita mengubahnya menjadi kekuatan untuk membuat kapal laut dengan berbagai jenisnya.
Ketika kita merasa memori kita lemah untuk mengingat-ingat sesuatu, kita lantas membuat buku, koran, majalah, kartu undangan, bahkan komputer dengan segala teknologinya. Bahkan, ketika kita dilemahkan oleh musibah-musibah, kita pun masih sanggup menciptakan kekuatan yang menunjukkan bahwa kita adalah manusia, makhluk yang hidup dengan modal kelemahan. Ketika kita buta, kita bisa membuat huruf braile, ketika kita lumpuh kita membuat kursi roda, ketika kita luka bakar kita membuat teknologi bedah plastik.
Apakah kita mau lari dari kenyataan tersebut, dengan menangisi kelemahan sebagai bentuk ketidakadilan Tuhan? Tentu tidak bukan, karena kelemahan kita bisa memicu menjadi kekuatan, tapi terbatas. Kalau kita tak mau lemah, ya jangan menjadi manusia.
Bagaimana menurut Anda????????
"sebuah opini yang sangat menarik. Kita memang lemah tapi dari kelemahan itu kita bisa memiliki kekuatan"
sumber : http://rochim-dian.blogspot.com/2010/01/kelemahan-yang-memicu-kekuatan.html
Posted on 9:45 PM by Angga and filed under
personality
| 0 Comments »
Apakah ada diantara kita yang ketika terlahir sebagai manusia langsung bisa berlari, tertawa, berbicara? Tentu tidak, dan inilah kelemahan kedua setelah kita tak bisa hadir ke dunia ini tanpa perantara ibu melalui proses persalinan. Kita harus melewati prose yang panjang dan rumit hanya untuk bisa lolos dari rahim ibu, untuk kemudian, dengan jangka waktu tertentu, kita bisa berlari, tertawa dan berbicara.
Ini kelemahan yang keberapa? Entahlah. Yang jelas, kelemahan-kelemahan ini justru menjadi ilham bagi bagi terciptanya kekuatan dan ciri pendefinisi kta sebagai manusia. Bayangkan saja, hanya untuk mengurusi bayi, manusia punya rumah sakit bersalin, perlengkapan melahirkan, dokter spesialis anak, bidan, tempat penitipan anak, macam-macam jenis susu dan makanan untuk bayi, dll. Apakah ini juga dilakukan oleh hewan? Tidak bukan, justru manusialah yang mengurusinya dengan dokter hewan, rumah sakit hewan, kebun binatang, taman nasional, bahkan salon hewan. Lihatlah, bahkan di tengah kelemahannya, manusia masih sanggup mengurusi makhluk lain.
Mengapa demikian? Inilah pengaruh dari hormon kekhalifahan (kepemimpinan) yang Allah suntikkan ke dalam tubuh manusia, sehingga kelemahan itu dapat kita ubah menjadi kekuatan. Maka, ketika kita lemah secara teknis untuk bisa terbang seperti burung, kita dapat mengubahnya menjadi kekuatan untuk membikin pesawat terbang. Ketika kita merasa lemah secara teknis untuk bisa berenang seperti ikan, kita mengubahnya menjadi kekuatan untuk membuat kapal laut dengan berbagai jenisnya.
Ketika kita merasa memori kita lemah untuk mengingat-ingat sesuatu, kita lantas membuat buku, koran, majalah, kartu undangan, bahkan komputer dengan segala teknologinya. Bahkan, ketika kita dilemahkan oleh musibah-musibah, kita pun masih sanggup menciptakan kekuatan yang menunjukkan bahwa kita adalah manusia, makhluk yang hidup dengan modal kelemahan. Ketika kita buta, kita bisa membuat huruf braile, ketika kita lumpuh kita membuat kursi roda, ketika kita luka bakar kita membuat teknologi bedah plastik.
Apakah kita mau lari dari kenyataan tersebut, dengan menangisi kelemahan sebagai bentuk ketidakadilan Tuhan? Tentu tidak bukan, karena kelemahan kita bisa memicu menjadi kekuatan, tapi terbatas. Kalau kita tak mau lemah, ya jangan menjadi manusia.
Bagaimana menurut Anda????????
"sebuah opini yang sangat menarik. Kita memang lemah tapi dari kelemahan itu kita bisa memiliki kekuatan"
sumber : http://rochim-dian.blogspot.com/2010/01/kelemahan-yang-memicu-kekuatan.html
0 comments:
Post a Comment